STAR BERANTAS, Jakarta. Menteri Agama
Suryadharma Ali menyambut Tasripin dan keluarganya di kantor Kementerian
Agama Jalan Lapangan Banteng 3-4 Jakarta Pusat, Kamis (25/4). Menag
membujuk bocah 12 tahun yang sempat menghidupi 3 adiknya untuk
melanjutkan pendidikan, bahkan siap membangun madrasah di lokasi tempat
tinggalnya.
“Kamu sekolah ya, bisa belajar rame-rame. Jangan cari duit dulu masih kecil, biar urusan bapaknya,” bujuk Suryadharma Ali kepada Tasripin. Ia datang didampingi sang ayah Kuswito (41), dan ketiga adiknya Dandi, Riyanti dan Daryo menerima bantuan ala kadarnya. “Bantuan ini jangan buat kawin lagi ya,” kata Menag kepada Kuswito.
Saat ini Tasripin berhenti bersekolah, sementara kedua adiknya Dandi dan Riyanti pun tidak melanjutkan sekolah karena malu sering diejek oleh teman-temannya. Hanya Daryo, adik terakhirnya yang masih bersekolah di PAUD.
Dulu saat sekolah dia harus menempuh jarak sekitar 3 kilometer untuk mencapai tempat sekolahnya, jalan berbatu dan perbukitan serta hutan harus dilalui dia setiap harinya. Maklum, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok berada di lereng kaki Gunung Slamet, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah demgan jumlah penduduk 319 Jiwa dengan 187 rumah, Namun saat Menag meminta Tasripin melanjutkan pendidikan di asrama, bocah ini. bersikukuh tidak mau pisah dengan adik-adiknya.
Menag akhirnya menyatakan siap membangun madrasah di kampung Tasripin. “Kita support penuh untuk bangun MI dan MTs. Paling tidak tahun ini dibangun 12 lokal,” kata SDA sapaan akrab menteri. Menag mengatakan, saat ini telah tersedia tanah seluas 700 meter. “Saya minta 1500-2000 meter, tahun ajaran baru sudah bisa dipergunakan,” imbuh SDA.
Mengenai status madrasah itu, menurut Menag, biasanya kalau atas prakarsa yayasan bersatus swasta,. Tapi akan lebih baik kalau madrasah itu berstatus negeri, sehingga masalah opersional serta gaji guru ditanggung pemerintah. “Enak negeri, biaya perawatan, gaji guru gak masalah. Kalau memang siswa dari masyarakat miskin seluruhnya dikasih bea siswa,” kata Menag.
Muhammad Adib, Ketua Paguyuban Lembaga Masyarakat desan Hutan provinsi Jawa Tengah mengungkapkan, tempat tinggal Tasripin berada di kawasan hutan. Madrasah yang akan dibangun tidak harus gedung mewah, model madrasah alamiah. Tapi anak nyaman belajar disitu,” ujar pria asal Cilongok didampingi Indayatun (16), siswi PLK (Pendidikan Layanan Khusus) Boarding School Baturaden. (ks)
“Kamu sekolah ya, bisa belajar rame-rame. Jangan cari duit dulu masih kecil, biar urusan bapaknya,” bujuk Suryadharma Ali kepada Tasripin. Ia datang didampingi sang ayah Kuswito (41), dan ketiga adiknya Dandi, Riyanti dan Daryo menerima bantuan ala kadarnya. “Bantuan ini jangan buat kawin lagi ya,” kata Menag kepada Kuswito.
Saat ini Tasripin berhenti bersekolah, sementara kedua adiknya Dandi dan Riyanti pun tidak melanjutkan sekolah karena malu sering diejek oleh teman-temannya. Hanya Daryo, adik terakhirnya yang masih bersekolah di PAUD.
Dulu saat sekolah dia harus menempuh jarak sekitar 3 kilometer untuk mencapai tempat sekolahnya, jalan berbatu dan perbukitan serta hutan harus dilalui dia setiap harinya. Maklum, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok berada di lereng kaki Gunung Slamet, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah demgan jumlah penduduk 319 Jiwa dengan 187 rumah, Namun saat Menag meminta Tasripin melanjutkan pendidikan di asrama, bocah ini. bersikukuh tidak mau pisah dengan adik-adiknya.
Menag akhirnya menyatakan siap membangun madrasah di kampung Tasripin. “Kita support penuh untuk bangun MI dan MTs. Paling tidak tahun ini dibangun 12 lokal,” kata SDA sapaan akrab menteri. Menag mengatakan, saat ini telah tersedia tanah seluas 700 meter. “Saya minta 1500-2000 meter, tahun ajaran baru sudah bisa dipergunakan,” imbuh SDA.
Mengenai status madrasah itu, menurut Menag, biasanya kalau atas prakarsa yayasan bersatus swasta,. Tapi akan lebih baik kalau madrasah itu berstatus negeri, sehingga masalah opersional serta gaji guru ditanggung pemerintah. “Enak negeri, biaya perawatan, gaji guru gak masalah. Kalau memang siswa dari masyarakat miskin seluruhnya dikasih bea siswa,” kata Menag.
Muhammad Adib, Ketua Paguyuban Lembaga Masyarakat desan Hutan provinsi Jawa Tengah mengungkapkan, tempat tinggal Tasripin berada di kawasan hutan. Madrasah yang akan dibangun tidak harus gedung mewah, model madrasah alamiah. Tapi anak nyaman belajar disitu,” ujar pria asal Cilongok didampingi Indayatun (16), siswi PLK (Pendidikan Layanan Khusus) Boarding School Baturaden. (ks)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar