Banyak Telan Korban Jalan Mulus Tiba-tiba Putus


Bagian II
Sebelum  ke  Judul  tulisan ini, ada  baiknya  kita tengok dulu dari  arah mana  dan ke mana tujuan kita melihat kondisi daerah ini.  Setelah  minggu  lalu kita  berada di  bagian selatan Propinsi Sulawesi  Selatan,  kini  kami  ajak  Anda   menyusuri daerah bagian tengah propinsi ini. Kabupaten Bone, Wajo dan Sidrap dikenal sebagai daerah yang wilayahnya kebanyakan berada di bagian tengah Propinsi Sulawesi Selatan. 

Daerah Kab.Bone adalah daerah terpanjang pesisir pantainya sekitar 138 KM yang memanjang dari selatan ke utara mulai dari perbatasan daerah Sinjai sampai ke pantai perbatasan Wajo dan Luwu.
Dan di semenanjung ini pulalah terdapat sebuah nama yang tercatat dalam sejarah, yaitu Teluk Bone dan di pantai ini pula terdapat muara sungai Walannae, persisnya di daerah Pallime Kecamatan Cenrana, sungai terpanjang di Sulawesi Selatan yang hulunya menyusu langsung di Gunung Bawakaraeng.
Di pinggiran sungai ini, sebuah jalan poros yang menghubungkan daerah Bone dan Wajo, namun sangat disayangkan karena jalan mulus tiba-tiba putus, meski belum sempat rengguk nyawa, tapi konon sudah banyak menelan korban luka-luka dan kendaraannya rusak  terutama pengguna jalan di malam hari yang kebetulan baru pertamakali melintasi jalan itu. Ada sekira 100 meter masih keadaan rusak parah, sementara di sebelahnya dari dua arah sudah mulus. Anggota masyarakat yang berada di sekitar itu mengaku kalau keadaan ini sudah hampir setahun dan yang lainnya ada yang bergurau “Anggarannya tidak cukup kali’” dan yang lainnya lagi menyanggah “ ach duitnya sebagian mungkin dimakan tikus Pak ” sambil tersenyum. 
Yah... kita tinggalkan saja tempat ini dengan sebuah harapan, semoga Kontraktornya segera kordinasi dengan pihak terkait masalah anggaran dan segera pula diselesaikan pekerjaan jalan itu demi keselamatan pengguna jalan lainnya. Kita dari arah Bone menjelang masuk kota Sengkang kabupaten Wajo, 4 KM lagi dari kota jalannya lumayan bagus karena aspal baru, cuma sepertinya saat dikerja kurang terkontrol yang menyebabkan kwalitas sedikit agak rendah dan macam inilah yang dikhawatirkan umurnya tidak sampai  setahun minta diperbaiki lagi. 
Kota Sengkang yang dikenal dengan sebutan “ Kota Santri ” karena memang di sinilah keberadaan sebuah Pasantren yang bernama Pesantren As’Adiyah, dari dulu hingga sekarang banyak menelurkan guru-guru Agama dan Kiyai. Disore hari menjelang senja, sebelah utara Kota Sengkang kita temukan jejeran penjual ikan tawar yang berasal dari Ajang Tappareng. Jadi kalau mau rasakan nikmatnya ikan air tawar nan penuh kalori dan hormon, ya... di sinilah tempatnya.
Di Kota Sengkang sudah hampir kita tidak lagi menemukan mobil angkutan umum yang bernama Pete-pete, yang banyak adalah Bemor alias Becak-Motor, kendaraan 3 roda pakai mesin dan menjadi mata pencaharian bagi Daeng Becak/Rakyat kecil di Daerah ini dan patut jadi contoh buat daerah lain khususnya daerah yang sudah terlalu padat mobil Angkumnya, seperti Bone, Maros, Pare-pare dan Sinjai. 
Bemor tidak terlalu sulit lagi diatur soal parkirnya karena sudah punya tempat parkir sendiri-sendiri. Penghasilan tukang bemor juga cukup lumayang tinggi ketimbang gaji/upah UMR kawasan Sulawesi Selatan. 
Salah seorang Tukang Bemor bernama Muh.Waris asal Bone sempat ngobrol dengan Wartawan Anda mengaku penghasilannya rata-rata di atas Rp.100rb/hari, Cuma tidak boleh kita gengsi karena Penumpang banyak pula ragamnya,  adami yang berbau harum, adatommi yang tidak sedap baunya, tapi kita harus tahan dan mereka jangan sampai tersinggung demi mendapatkan yang halal, katanya.

Oleh : Putra Tribuana (startberantas.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar