Makna di Balik Motif Lukisan Tubuh Suku Asmat

Lukisan Tubuh Suku Asmat (Foto: KpPapua)
Lukisan Tubuh Suku Asmat (Foto: KpPapua)

JAKARTA – Kreasi kebudayaan dan tradisi Suku Asmat bisa membuat banyak wisatawan mancanegara memburunya. Originalitas menjadi kekuatannya.

Dkiasyam, seorang pemahat hiasan khas Suku Asmat, merupakan asli keturunan Suku Asmat. Dia begitu bersemangat menjelaskan tentang Suku Asmat, seraya bangga mengenakan baju adatnya secara lengkap, kepada Okezone ketika ditemui di Karnival Wisata 2012, baru-baru ini.

Dia mengatakan, pakaian adat yang digunakan Suku Asmat berbeda dengan yang digunakan Suku Dani. Jika Suku Dani menggunakan koteka, penduduk Suku Asmat menggunakan pakaian adat Rumbai-Rumbai.

Rumbai-Rumbai dibuat dari daun sagu. Untuk pakaian yang digunakan oleh kaum perempuan, bentuknya berupa rok sedangkan pakaian pria hanya untuk menutupi bagian tertentu.

Pakaian Suku Asmat pun dilengkapi hiasan kepala berbentuk seperti mahkota. Unsur yang digunakan masih berupa rumbai-rumbai yang juga terbuat dari daun sagu. Selain itu, ada kalung yang digunakan sebagai aksesorinya.

Jika selama ini Anda melihat lukisan di tubuh masyarakat Suku Asmat dan berpikir tidak ada makna tertentu di baliknya, Anda keliru. Lukisan yang terdapat di tubuh masyarakat Suku Asmat memiliki makna tertentu. Warna yang digunakan pun hanya perpaduan warna merah dan putih yang ditorehkan di atas kulit mereka.

"Ini bukan corat-coret sembarangan, ini ada artinya. Warna merah itu darah, warna putih itu tulang, sedangkan hitam itu kulit" tuturnya.

Warna merah merujuk pada warna darah. Warna merah diartikan sebagai lambang keberanian. Warna putih merujuk pada warna tulang yang menunjukkan kesucian. Lukisan ini digunakan untuk menambah daya juang dalam mengarungi kehidupan.

Motif yang digunakan di tubuh pria dan wanita pun berbeda. Pada tubuh pria, motif yang digunakan lebih tegas dan ukurannya lebih besar.

"Kalau wanita lebih halus, hanya bulatan kecil, dibuatnya pun menggunakan alat yang kecil, seperti ujung daun sagu,” imbuh pria yang selama ini memperkenalkan kreasi Suku Asmat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Motif yang digunakan pada kulit wanita biasanya lebih halus. Bentuknya pun hanya bulatan-bulatan kecil berwarna merah dan putih. Sementara pada tubuh pria, di bagian tangan terdapat bentuk seperti belah ketupat yang bermakna “kehidupan” sedangkan di bagian dada terdapat lambang seperti tanduk yang berarti “kejantanan”.

Zaman dahulu, lukisan di kulit ini hanya digunakan pada acara-acara penting. Misalnya, pindahnya Suku Asmat dari kampung yang lama ke sebuah lahan untuk membuat kampung yang baru.

“Ini dibuat pakai cat air, jadi bisa dihilangkan,” tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar