Kalau dunia
membicarakan soal ini, lalu bagaimana dengan Indonesia...? benarkah Sensor
Cyber adalah gejalah Kekuasaan tak terkendali...? hehe... semoga tidak, justeru
sebaliknya, saking bebasnya Warga Dumay di Indonesia seakan tak punya batas dan
aturan, utamanya di Media Sosial betapa banyak yang tak beretika, bebas
menghujat, memfitnah dan seterusnya.
Bertepatan
dengan Hari Melawan Sensor Cyber Sedunia, DW menengok segelintir negara yang
lama bergelut
dengan isu ini. Pengguna internet di Iran dan Cina bertahun-tahun menyadari mereka diawasi.
dengan isu ini. Pengguna internet di Iran dan Cina bertahun-tahun menyadari mereka diawasi.
Pembeberan
aktivitas NSA oleh Edward Snowden memperjelas kepada warga dunia bahwa
komunikasi digital mereka dilacak dan disimpan oleh badan mata-mata Amerika
tersebut.
Itulah
mengapa NSA dan mitranya di Inggris, GCHQ, termasuk dalam daftar Musuh Internet
2014 yang dirilis hari Rabu (12/3) oleh Reporter Lintas Batas.
Setahun
terakhir cukup berat bagi kebebasan berbicara di internet
"Metode
pengawasan massal yang digunakan NSA tidak dapat ditoleransi karena mereka akan
digunakan dan sudah digunakan oleh pemerintahan di Iran, Cina, Turkmenistan,
Arab Saudi dan Bahrain untuk membenarkan pelanggaran mereka terhadap kebebasan
informasi," demikian tertulis dalam laporan. "Bagaimana bisa
negara-negara demokratis menuntut perlindungan terhadap jurnalis apabila mereka
sendiri mengadopsi praktek yang dikritik dari rezim otoriter?"
Dalam
laporan, Amerika Serikat dan Inggris berdampingan dengan rezim di Teheran dan
Beijing, yang sudah lama dihujani kritik internasional karena praktek sensor
dan pengawasan di internet.
Meski
Presiden Iran Hassan Rouhani memberi sedikit pelonggaran, pihak berwenang di
Iran terus mengembangkan 'internet nasional' - disebut 'internet halal' - yang
akan memutus akses terhadap materi yang dianggap tidak dapat diterima,
diungkapkan melalui laporan tersebut.
"Terjadi
fluktuasi pada permukaan, termasuk Presiden Rouhani yang menggunakan Twitter,
namun masalah yang mendalam masih tetap ada," kata Arash Abadpour, seorang
blogger Iran yang bermukim di Toronto, kepada DW. "Rezim yang memfilter
adalah kenyataan. Internet nasional semakin mendekat, dan masih ada
kriminalisasi terhadap aktivitas online."
Jaringan
nasional di Iran, yang menyediakan layanan bagi Iran tanpa menghubungkan mereka
ke jaringan internet global, dapat dikembangkan berkat bantuan otoritas
internet Cina yang bertanggung jawab dalam menciptakan Firewall Raksasa, yang
bertahun-tahun menyensor atau memfilter materi online dari pengguna internet di
Cina.
Sumber : Media Centre
Laporan : Putri Tungga Dewi
Sumber : Media Centre
Laporan : Putri Tungga Dewi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar